Minggu, 01 Juni 2014

MANFA'AT GERAKAN SHALAT



Shalat


Assalamualaikum wr.wb

Sholat yang merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan disetiap hari, ternyata banyak sekali pengaruhnya terhadap kesehatan dan perkembangan kebaikan otak manusia. Sholat adalah salah satu diantara aktivitas yang berpengaruh terhadap kebaikan otak (jasmani) sekaligus ruhani.

Gerakan-gerakan yang sangat berpengaruh terhadap Otak, diantaranya :

Ruku’
Rutinitas ruku’ sebanyak 17 kali dalam lima waktu sholat sehari semalam bermanfaat meningkatkan refleks, selalu siap sedia dalam berbagai keadaan. Dengan demikian, mekanisme pengaturan tekanan darah dan irama jantung akan terjaga. Suplaidarah ke otak yang meningkat saat melakukan gerakan ini juga mengoptimalkan oksigenasi sel-sel saraf ke otak sehingga fungsi sel-sel di otak (sebagai gudang memori dan pengendali kerja seluruh sitem dan organ tubuh) menjadi optimal.

Inilah esensi dari sabda Rosululloh SAW yang diriwayatkan oleh Hasan Al-Bashri bahwa Alloh SWT tidak melihat seseorang hamba yang tidak menegakkan punggungnya antara ruku’ dan sujud,  akibat oksigenasi sel-sel saraf otak proses berpikir manusia dalam menentukan keputusan lebih jernih, mampu menimbang mana yang baik dan mana yang benar, sehingga sholat juga menjadi sarana untuk menjaga agar tetap berada di jalan kebenaran sesuai firman-Nya: “Dirikanlah sholat! Sesungguhnya sholat itu menghalangi perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut : 45)

Sabtu, 31 Mei 2014

ISRA MI'RAJ ( RELIGI )






www.zidhanxjati.blogspot.com
Illustrasi

Pendahuluan

Bismillahirrahmanirrahim

Isra’ Mi’raj berasal dari dua kata yaitu: Isra’ dan Mi’raj. Isra’ berarti perjalanan malam (perjalanan dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsa) dan Mi’raj berarti naik ke langit. Peristiwa Isra’ Mi’raj ini merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi umat Islam karena dalam peristiwa ini didapat perintah untuk melakukan sholat yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam. 

Peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 M, 3 tahun sebelum hijrah. Nabi Muhammad SAW saat itu berusia 51 tahun. Peristiwa luar biasa ini terjadi mulai dari lepas tengah malam sampai menjelang waktu subuh waktu Mekah. 

Sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang sangat melindungi Nabi Muhammad. Karena ditinggalkan kedua orang yang sangat disayangi tersebut membuat beliau sangat berduka cita. Karena itu Allah SWT menghibur Nabi Muhammad dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit untuk bertemu dengan Allah SWT.

Awal Perjalanan 

Pada suatu malam tanggal 27 Rajab, Allah S.W.T memberikan wahyu kepada Malaikat Jibril a.s., "Janganlah engkau (Jibril) bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini."
Malaikat Jibril a.s. bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?"
Allah S.W.T berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."
Kemudian Jibril pun pergi ke syurga tempat dimana buraq berada. Kemudian dia menemukan 40 juta buraq di taman syurga. Setiap buraq memiliki mahkota di keningnya bertuliskan kata-kata, “Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah.” Di antara buraq itu, Jibril melihat pada seekor buraq yang memisahkan diri sendirian seraya menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri buraq itu lalu bertanya, "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"
Berkata buraq, "Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 ribu tahun yang lalu, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan."
Berkata Jibril a.s., "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu."
Kemudian Jibril a.s. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu untuk dibawa kepada Nabi Muhammad S.A.W. 
***

Pada malam itu Nabi Muhammad SAW. sedang berbaring di antara dua orang yaitu paman beliau, Hamzah dan sepupu beliau, Ja'far bin Abi Thalib yang sedang tidur di dekat Kabah, tiba-tiba datang kepada beliau 3 orang lelaki yang ternyata adalah malaikat Jibril dan Mika'il beserta seorang malaikat lain. Ketika itu Muhammad terbangun oleh suara yang memanggilnya, "Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!" Dan ia pun terbangun, di hadapannya sudah berdiri Malaikat Jibril.
Jibril memerintahkan malaikat lain mengangkat Rasulullah ke suatu tempat. Kemudian ketiga malaikat tersebut membawa Nabi Muhammad saw. ke sumur Zamzam, lalu mereka menelentangkan beliau. Kemudian Jibril membelah badan beliau mulai dari tenggorokan sampai ke bawah perut beliau. Lalu Jibril berkata kepada Mikail: "Bawakan kepadaku satu baskom air zamzam agar aku dapat membersihkan hati beliau. Jibril mengoperasi dada beliau, kemudian mengeluarkan hati beliau dan membasuhnya tiga kali serta membuang ketul hitam ('alaqah) yaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya dari hati beliau; kemudian mereka meletakkannya kembali di tempat asal. Mikail tiga kali membawakan baskom berisi air zamzam kepada Jibril. Kemudian didatangkan sebuah baskom emas yang penuh dengan hikmah dan keimanan dan dituangkan habis ke dada Nabi saw; dan dada beliau dipenuhi dengan kesabaran, ilmu, keyakinan dan keislaman; kemudian ditutup kembali dan di antara kedua belikat beliau distempel dengan stempel kenabian. Semua proses itu tidak menimbulkan sakit sedikit pun kepada Nabi. Setelah selesai, Nabi diminta agar berwudlu...

Selasa, 27 Mei 2014

SEJARAH JIN MASUK ISLAM


zidhanxjati.blogspot.com
Mesjid Al-Jin Mekkah


Kisah Rombongan Jin yang Bersyahadat dan Masuk Islam - Allah SWT menciptakan makhluk di alam semesta ini ada 4 jenis yaitu Malaikat, Jin, Manusia dan Binatang. Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin diciptakan dari Api sedangkan Manusia dan binatang diciptakan dari tanah. Jin itu mempunyai banyak golongan seperti halnya manusia ada yang baik dan ada juga yang jahat. Jin yang paling jahat di sebut Setan atau Iblis. Jin juga ada yang muslim dan ada juga yang kafir/belum mengenal Islam. 

Alkisah, serombongan Jin tengah melakukan perjalanan menuju Tihamah, sebuah kawasan di garis pantai Laut Merah, Arab Saudi. Mereka berangkat dari rumah-rumah mereka di Nasibain, sebuah wilayah yang terkenal sebagai tempat tinggal para Jin.  

Lokasinya di sekitar perbatasan antara Irak dan Suriah. Di antara rombongan tersebut, terdapat Jin yang berperan sebagai penasihat. Jika di dunia manusia, maka ia berperan layaknya ulama atau Da'i. 
Entah apa tujuan perjalanan mereka. Ada yang bilang, mereka sekadar melakukan safar. Sebagian lain mengatakan, mereka terbiasa melakukan perjalanan seperti halnya manusia. Yang lain bilang, mereka mencari tahu siapa yang telah menutup rahasia langit. Mengingat pasca diutusnya Rasulullah, rahasia langit dijaga Malaikat dari curi dengar para Jin. Apapun tujuan mereka, perjalanan tersebut menjadi sejarah besar bagi kaum Jin.  
Jumlah mereka pun tak jelas angkanya. Dikisahkan ada sembilan Jin. Lain kisah mengatakan hanya tujuh Jin dalam rombongan tersebut. Terlepas dari jumlah tersebut, ada satu Jin yang merupakan sang ulama atau juru dakwah di kalangan kaumnya. Ada satu Jin pula yang bernama Zauba'ah. Mungkin ia lah sang ulama Jin tersebut. 

Di tengah perjalanan, tepatnya di kawasan Nakhla Saudi, mereka para Jin tiba-tiba mendengar sesuatu yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. "Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?" Sebuah ayat Quran yang dibacakan dari Surah Ar- Rahman menarik perhatian mereka. Mendengarnya, merindinglah tubuh-tubuh mereka. Serta-merta mereka mendekati sumber suara.

Senin, 26 Mei 2014

HATE NU WENING ( CARPON )


zidhanxjati.blogspot.com
Hate Nu Wening


Unggal neuteup Mina, haté sok teu weléh ngarakacak. Ras kana sikep sorangan basa éta budak dilahirkeun. Mun téa mah bisa malikkeun waktu, hayang mupus éta kajadian. Hayang ngaganti ku rasa tumarima ka Nu Maha Kawasa, kana lahirna Mina, anak kuring nu kadua.
“Sapatu Mina di mana, Mah?” ceuk Mina ka indungna. Kuring nu keur maca koran, ngarérét ka manéhna.
“Tos disimpen di teras tadi téh,” témbal Tita, pamajikan kuring, bari cakah-cikih mérésan urut sarapan bieu.
Mina ngagedig néang sapatu ka tepas. Tétéla sapatu téh aya, kumplit jeung kaos kakina. Rap dipaké ku sorangan. Ngan saguliwek sapatu geus nerap pageuh tur rapih. Teu lila manéhna amitan ka kuring jeung indungna. Kuring nyérangkeun manéhna nu leumpang nepi ka panto pager.
Haté bet ngarasa reueus ayeuna mah, boga Mina téh. Budak nu tara loba paménta. Sakapeung sok nyérédét, asa dosa ka nu jadi anak. Tujuh taun ka tukang, basa Mina gubrag ka alam dunya, kuring teu bisa narima. Poho, yén manéhna téh anak awéwé meunang hayang.
Tita rada hésé waktu ngalahirkeun Mina di rumah sakit. Air ketuban geus kaluar ti heula, tapi taya mules sabiasa nu rek ngajuru. Ku tarékah para dokter di rumah sakit, indung katut orokna salamet. Sawatara poé mah kuring can bisa ningali orok, da pamajikan katingali pikawatireun. Kitu deui basa balik ka imah, kuring ngagondéng Tita. Orok mah diais ku mitoha awéwé.
Isukna kuring hayang ningali orok nu keur dimandian ku Ma Enok, paraji maneuh kulawarga, purah ngarorok nu entas ngalahirkeun. Kuring  ngagebeg sataker kebek. Geuningan orok téh, tanpadaksa. Leungeun kéncana ngan semet pigeulang. Gusti, naha naon dosa abdi? Haté norowéco ku sagala kahandeueul. Kuring ngagejlig ti imah, teu nolih ka saha waé nu nanya.
“Rek ka mana, Gun? Lain hayang ningali orok téa?” cék mitoha.
Kuring tonggoy ngagedig. Tita teu lémék teu nyarék. Manéhna kawas geus ngarti. Tita asup ka kamar dituturkeun ku indungna. Kuring diuk di sisi balong tukangeun imah adi. Haté teu puguh rarasaan. Asa hésé  narima kanyataan, boga anak tanpadaksa.

BEJA TI KALAKAY ( CARPON )


zidhanxjati.blogspot.com
Kuncen Jasman vs Si Kundi


PALATARAN ieu pernahna rada anggang ti pilemburan, Pasir Waringin katelahna. Rada harieum, geueuman, camewek tur tiiseun. Malah, pantesna mah pikakeueungeun pibasaeunana téh. Persisna kira-kira 300 méter béh wétaneun Kampung Cisoka, asup wilayah Desa Citaman. Nyaéta lembur anu kungsi ngageunjleungkeun, nepi ka caritana gé éar ka mamana. Komo basa kabawa ku hiliwirna angin mah; jadi sabiwir hiji.
Lamun téa mah aya kereteg kapanasaran nyangkaruk dina jero haté Anjeun? Tong kerung, komo tatanya mah. Kudu ngama'lum atuh! Sabab tempat ieu, lain tempat anu ilahar sok dicicingan ku nu ngaranna manusa anu kasebutna masih kénéh ngabogaan nyawa. Ngaranna gé kuburan. Anu cenah dibaréré ngaran; Pajaratan Sirnarasa.
Bisi Anjeun panasaran kénéh, naon sababna kuring bet apal kana silsilahna ieu tempat? Atawa apal kana kaayaan beurang-peutingna ieu tempat? Jeung apal aya sabaraha urang pangeusina anu nganjrek di ieu patempatan?
Lamun taneuh kuburan ieu baseuh waé sabab tara kacaangan, nya awak kuring anu jangkung badag badis beuteung munding, buhun, jeung geus janggotan anu sok ngahieumanana. Ngahalangan kana datangna sorot panonpoé anu dék nyaangan taneuh.
Lamun tempat ieu kabalaan ku kalakay, atawa ku régang, atawa ku pangpung. Nya kuring pisan anu sok ngabalana. Kuring sok murag-muragkeun daun-daun kuring anu geus waktuna murag. Muguran, kabawa ku séorna angin.
Lamun Anjeun nanyakeun saha anu kumawasa di dieu, jawabanana angger kuring kénéh. Anjeun tong wani-wani nanyakeun ka Si Dadap, komo ka Si Waru mah. Sabab ngan kuring nu geus manjing kana umur, kasebutna pangkolotna. Nyarebutna gé aki-aki.
Saha atuh ngaran kuring téh?

Minggu, 25 Mei 2014

SABADA EMA NGANTUNKEUN ( CARPON )


zidhanxjati.blogspot.com
Sabada Ema Ngantunkeun


Lesna mah teu nungkulan. Harita kuring jeung bojo nyelang mulang heula ka Jakarta ngalongok imah nu dipercayakeun ka Bi Asih salila tutunggon ema di Bandung. Kang Imat nu ngabéjaan téh nginterlokal ti rumah sakit ka kantor. Bieu bada adan asar cenah pupusna téh.
“Saré’atna mah alus pisan mulihna téh, Am,” ceuk Kang Imat dareuda, “basa ngadangu adan, ema mundut tasbé kagunganana handapeun bantal. Terus nasbé antaré pisan. Barang réngsé komat tasbéna ngagolosor ragrag kana ubin …. ku akang geuwat dirawu. Ari tanggah ….. katiténan geus rapih sidakep ku anjeun. Atra ngaharéwos muji, terus ngahanju sakali, les baé….” Kadéngé tina telepon Kang Imat nginghak. Kuring sorangan najan geus siap méntal nyanghareupan ieu kajadian teu burung bedah cimata milu nginghak jeung nu nelepon.
Indit gesat-gesut bada solat magrib téh karék nepi ka bumi ema méh jam sapuluh peuting; cacak di jalan kaasup lancar. Can aya by-pass Sukarno-Hatta jeung tol Cipularang harita mah. Jakarta – Bandung téh maké kendaraan pribadi mah rata-rata 4 – 5 jameun.  Barang datang kasampak ramé kénéh ku nu ngalayad jeung kadéngé nu ngaraos di tengah bumi. Kuring jeung bojo barang jol diparapag ku dulur-dulur jeung dahuan. Silihrangkul bari sarua reumbay cimata. Komo dua lanceuk awéwé mah ngagoak basa ngarangkul téh. Sanggeus mihapékeun budak ka alo awéwé nu geus rumaja, kuring jeung bojo geuwat muru ka tempat layon nu dipernahkeun di tengah imah.  Layon téh kasampak geus bérés sapuratina dirurub ku sinjang kebat weuteuh kagunganana. Seungit sogana melenghir leleb. Sakuriling layon loba kénéh nu ngaraos Yaa Siin, lolobana dulur-dulur jeung baraya ti pihak ema jeung bapa ti Bandung, Tasik, Ciamis, jeung Banjar.  Ngan urang lembur nu can témbong téh. Kapeutingnakeun sigana daratangna, lantaran jauh ti pakidulan. Kuring jeung bojo pagigir-gigir deku, rék muka rurub téh ngadadak teu wasa . Asa teu sanggup. Duka ku naon.

CAMPAKA ( CARPON )


zidhanxjati.blogspot.com
Campaka


Mimiti wawuh ka manéhna téh dina facebook. Jaman ayeuna mah geus lain kamonésan mun urang bisa wawawuhan jeung saha waé tina jaringan sosial nu geus jadi kacapangan barudak ayeuna. Enya, panggih jeung manéhna téh mimitina mah tina facebook, ngaranna ‘CAMPAKA’.
Mimitina kuring nempo hiji awéwé tina profil kacida manisna. Beungeutna oval, irungna bangir, jeung panonna siga panon Manuk Hong. Tina dongéng Cina. Cureuleuk. Jeung tina dedeganana, sigana mah anak nu beunghar.
Mimiti chating inbox kuring nanya, “Sampurasun. Nepangkeun sim kuring Kamajaya.”
Manéhna nyebutkeun ngaranna téh ‘Campaka’. Duh ngaran anu sakitu éndahna ceuk kuring dina haté. Keur geulis téh ngaran Campaka. Apan ari Campaka mah leleb seungitna ogé. Atuh ti poé ka poé kuring jeung Campaka tambah dalit sosobatan. Ngobrolkeun kaayaan kulawargana jeung nu jadi dulur-dulurna. Kitu deui kuring nyaritkeun lalakon hirup kuring kulawarga jeung sagala naon waé anu karandapan. Beuki lila beuki raket. Geus teu asa-asa silih kedalkeun rasa.
Campaka kuliah di Bandung, kuring di Bogor di IPB. Ari Campaka di ITB di Seni Rupa. Kuring jeung Campka silihjurungkeun dina nganggeuskeun kuliah. Jadi lamun papanggih inbox dina facebook ari ngobrol téh mani resep. Da manéhna bisa ngartikeun kaayaan kuring anu kuliah kulantaran ngan hayang hirup ka hareupna téh henteu sangsara. Cindekna hayang jadi jelema boga.
"Kang Jaya linggih di mana di Bogorna?”